Kamis, 17 Maret 2011

Dawet Ireng Khas Purworejo, Dawet Hitam yang Manis

Dawet ireng adalah minuman berjenis dawet tetapi dengan cendol yang berwarna hitam legam. Dawet yang memiliki merek dagang "khas Butuh, Purworejo sangat banyak tersedia di pinggir jalan Purworejo. Proses pembuatannya sangat alami yaitu diolah dengan tangan dan tak menggunakan bahan pewarna. Pewarna hitam untuk cendol dibuat dari daun padi kering (oman) yang dibakar hingga menjadi abu, kemudian abu dicampur dengan air dan menghasilkan warna hitam. Sedangkan cendolnya dibuat dari sagu bukan dari tepung beras seperti cendol hijau biasa. Pemanis menggunakan gula aren.
Konon, dawet ireng awal mulanya dpasarkan oleh Mbah Ahmad sekitar tahun 1950 di daerah sebelah timur jembatan Butuh Purworejo yang sampai sekarang masih terdapat kiosnya. Dawet ireng saat ini sudah terkenal sampai ke luar Purworejo kabarnya dawet ireng sudah sampai Jawa Barat dan Jawa Timur, bahkan dawet ireng sering dipesan dalam jumlah besar misalnya untuk acara hajatan.
Ada keunikan dalam penyajian dawet ireng ini, yaitu pemerasan santan dari parutan kelapa langsung yang dapat dilihat oleh pembeli dan jumlah cendol ireng yang jauh lebih banyak dibanding kuahnya (santan dan air gula aren), kemudian ditambah es, dijamin segar..
 
 
 
 
 Bagi pembaca yang tertarik ingin membuat, berikut resepnya:
pertama, siapkan bahan, antara lain:
1 kg tepung sagu
1 genggam merang/batang padi
2,5 lt air
1 lt santan
1 – 1 1/2 sdt garam
es batu secukupnya
kemudian kita buat siru gula jawanya, dengan bahan-bahan sebagai berikut:
500 gr gula jawa
250 gr gula pasir
500 ml air
2 daun pandan

kedua, cara pembuatan:
  • Sirup gula jawa: rebus semua bahan hingga mendidih dan gula larut. Saring. Sisihkan
  • Santan: Campurkan santan dengan garam. Sisihkan.
  • Larutkan tepung sagu dengan 1.5 lt air hingga rata. Bila perlu saring dengan kain. Sisihkan.
  • Bakar merang hingga jadi abu, rendam dengan 1 lt air. Aduk hingga berwarna hitam. Saring dengan kain.
  • Rebus larutan merang hingga mendekati mendidih. Sebelum mendidih masukkan adonan sagu. Aduk-aduk hingga jadi seperti bubur. Aduk konstan hingga matang.
  • Siapkan baskom berisi air dingin, dan saringan/cetakan dawet. Panas-panas ambil bubur merang yang telah matang secukupnya. Taruh di cetakan, tekan dengan papan yang lebih kecil ukurannya dari diameter saringan. Biarkan bubur merang lolos lewat lubang-lubang kecil saringan tepat di air dingin. Lakukan hingga semua ‘tersaring’. Tiriskan.
  • Penyajian: Ambil gelas saji, beri dawet hitam, es batu, tuangi santan dan sirup gula jawa. 
  • Sajikan.
 
 
 inspirasi:
http://www.purworejo.asia/2009/03/dawet-ireng-si-hitam-yang-sangat-manis.html
http://resepjowo.wordpress.com/2010/03/26/dawet-ireng-purworejo/
 

Minggu, 13 Maret 2011

Pantai Jatimalang

Obyek pariwisata ini terletak di Desa Jatimalang, Kecamatan Purwodadi yang berjarak +18 Km dari pusat Kota Purworejo dengan luas area sekitar 200 hektar. Obyek wisata Pantai Jatimalang merupakan obyek wisata alam dengan perpaduan antara hamparan rawa/ tambak dan keindahan Pantai Laut Selatan.


Jalan menuju lokasi objek wisata ini cukup baik dan lebar serta beraspal sehingga memudahkan wisatawan menuju lokasi ini untuk bersantai sambil menikmati indah, elok dan asrinya pemandangan alam pantai dan pegunungan di lokasi tersebut.


Pantai Jatimalang sebelumnya adalah pantai tempat berkumpulnya nelayan untuk berlayar dan berlabuh, artinya tempat ini adalah tempat untuk menjual ikan hasil tangkapan. Seiring dengan kebutuhan hiburan yang semakin meningkat maka pemda menata tempat ini agar tak hanya sebagai TPI (Tempat pelelangan Ikan) saja, melainkan sebagai tempat hiburan dan wisata.


 Saat ini pantai Jatimalang sudah disertai tempat semacam cafe berkaraoke untuk sekedar berbincang-bincang dan makan, ada juga menara pandang untuk melihat keindahan hamparan pantai.  Kawasan Pantai Jatimalang juga banyak terdapat warung makan dengan sajian ikan bakar segar. Pengunjung yang ingin membawa oleh-oleh ikan segar juga dapat membeli di Tempat Pelelangan Ikan yang terdapat di Pantai Jatimalang.







inspirasi:
 http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=8436&Itemid=1475
 http://www.purworejo.asia/2009/07/pantai-jatimalang-tempat-wisata-atau.html
http://www.purworejokab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=130&Itemid=58
http://purworejonews.com/index.php?option=com_content&task=view&id=117&Itemid=47


Kamis, 10 Maret 2011

Pesona Alam Curug Muncar yang Siap Memancar

Air terjun Curug Muncar terletak 45 km arah barat laut dari pusat Kota Purworejo. Tepatnya terletak di Desa Kaliwungu, Kec. Bruno, di Kawasan Perhutani. Air terjun ini berada di ketinggian 900 m diatas permukaan laut. Curug Muncar ini masih sangat alami, belum tersentuh oleh bermacam-macam teknologi manusia. Oleh karena itu jika Anda menyukai petualangan alam maka Curug Muncar dapat menjadi pilihan yang tepat.

Disarankan, bila Anda ingin berpetualang ke lokasi ini, sebaiknya persiapkan fisik Anda karena jalan menuju lokasi relatif menanjak, sehingga dikhawatirkan bila fisik anda lemah tidak dapat sampai ke tujuan. Bagaimanapun lokasi ini cocok bagi para pencinta alam dan pendaki gunung.

Bila Anda tiba di lokasi akan terasa betapa agungnya Sang Pencipta alam ini. Kesejukan air dan udara akan menyertai Anda sepanjang waktu. Bila Anda ingin mencoba mandi alam, disinilah pilihan yang tepat. Pengunjung yang pernah ke lokasi ini umumnya mengaku puas dapat menikmati keasrian alam sebagai kekayaan bumi nusantara.


inspirasi:
http://www.purworejokab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=133&Itemid=95
wibowocorp.blogspot.com

Menerawang Pantai Ketawang


Pantai Ketawang  terletak di Desa Harjobinangun, dan Ketawang Kec. Grabag, sekitar 24 km dari pusat kota Purworejo.
 Pantai ketawang merupakan pantai yang masih alami dengan perpaduan indahnya deburan ombak laut selatan. Pantai Ketawang mempunyai ciri khas sama seperti pantai Pantai Di selatan, pantai Ketawang ini juga memiliki ombak yang sangat besar, bisa mencapai ketingian 3 meter. Pantai ketawang ini memiliki bibir pantai yang sangat luas, dengan hamparan pasirnya yang lembut.


Panorama pantai pasir yang landai ini sering dikunjungi waktu liburan. Kebanyakan penunjung dari warga Purworejo hanya hanya sekedar melepas jenuh selama mereka menjalani rutinitas sehari-hari. Disana juga sudah banyak orang yang membuka kedai makanan dan minuman, yang disediakan bagi wisatawan yang ingin bersantapria sambil menikmati deburan ombak yang saling berkejar menunjukkan keelokannya.

Akses jalan menuju pantai ini juga relatif tidak sulit. Bila kita berangkat dari terminal Harjobinangun jauhnya sekitar 2 km sehingga dapat ditempuh dengan ojek atau dokar.

Problem pantai-pantai inipun tak berbeda dengan Pantai Jatimalang, untuk itu jelas masih diperlukan kehadiran tangan dingin investor atau pebisnis industri pariwisata.
Untuk lebih menarik minat pengunjung dan investor Pemda setempat pada momen tertentu menggelar acara lomba pacuan kuda, dan balap motor (racing) di pantai ini. Namun, karena belum terjadwal rutin, penggarapannya pun masih terlihat amatiran. Dalam kaitan ini, diperlukan “tangan” event organizer untuk penyelenggaraannya.

http://www.lintasdaerah.com/v2/modules/wisata/article.php?storyid=440
http://central-java-tourism.com/dev/central-java/id/news/93_pantai_ketawang_pasir_puncu__kab_purworejo

Minggu, 06 Maret 2011

Kemenawanan Goa Seplawan


Goa Seplawan adalah salah satu goa yang berada di kabupaten Purworejo. Goa ini terletak di gugusan bukit menoreh perbatasan Kab Purworejo dan Kulon Progo tepatnya berada di desa Donorejo,kecamatan Kaligesing sekitar 40 kilometer ke timur dari pusat kota Purworejo dan berada di sekitar 700 meter dari Permukaan laut.

Goa Seplawan terbentuk dari proses evolusi alam selama berjuta-juta tahun itu telah membentuk permukaan pegunungan purba itu sedemikian rupa sehingga menghadirkan keajaiban panorama alam. Pada puncak-puncak pegunungan tersebut terdapat sejumlah goa, seperti Goa Kiskendo di Kulon Progo, Goa Seplawan di Purworejo, dan sejumlah goa buatan hasil kebudayaan masa purba lainnya di sekitar Purworejo.


Goa Seplawan merupakan situs peninggalan sejarah yang mempunyai nilai tinggi. hal ini sibuktikan dengan diketemukannya sebuah arca emas 22 karat setinggi 9 cm dengan berat 1,5 kg  pada tanggal  15 Agustus 1979 itu di salah satu sudut goa. Arca tersebut berbentuk seorang laki-laki yang sedang mengandeng tangan seorang perempuan. Para ahli sejarah meyakini bahwa arca tersebut adalah wujud dari Dewa Siwa dan Dewi Parwati. Arca itu merupakan peninggalan pada zaman Hindu Siwa. Kini arca tersebut disimpan di Museum Nasional. Sebagai gantinya , Pemerintah membangun replika arca didepan mulut goa, replika itu ukurannya lebih besar dari yang sebenarnya.


 Arkeolog dari Universitas Gadjah Mada, Soekatno TW, memperkirakan arca emas itu adalah sepasang dewa dan dewi. Hal itu, katanya, ditandai dengan pasangan yang mengenakan pakaian lengkap dengan chattra, bahkan dengan prabha di sekitar kepalanya. Selain itu, ditemukan pula lingga-yoni di samping mulut goa. Pasangan lingga-yoni itu menyerupai alu dan lesung yang menyimbolkan laki-laki dan perempuan.
Temuan arca lingga-yoni, menurut Soekatno, memberikan petunjuk bahwa pasangan dewa-dewi tersebut merupakan peninggalan Hindu Siwa, yang diduga menggambarkan Siwa-Parwati atau arca perwujudan raja dan permaisuri dalam bentuk Siwa-Parwati. Temuan-temuan tersebut, lanjut Soekatno, diperkirakan sezaman dengan Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, yakni sekitar abad ke-9 Masehi. Perkiraan itu didasarkan pada sejumlah temuan penyerta yang ada di goa tersebut, yang juga digambarkan pada relief Candi Borobudur.

Temuan lain yang dijumpai pula di Goa Seplawan adalah jejak-jejak fosil kerang berukuran 5 cm-15 cm. Jejak-jejak fosil itu dapat ditemui pada dinding goa dan, menurut laporan Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah, hal itu merupakan hasil proses terangkatnya daerah sekitar Pegunungan Menoreh ke permukaan laut. Diperkirakan, temuan itu merupakan jejak-jejak fosil kerang laut. Di tempat itu ditemukan juga jejak fosil berbagai jenis ikan asal Sumatera Barat yang menempel pada dinding goa. Binatang itu diduga pernah hidup di dasar laut pada masa Eosen, sekitar 40 juta tahun yang lalu.

Meski di dalam Goa Seplawan ditemukan sejumlah benda-benda bersejarah, diperkirakan goa itu bukan tempat hunian, hanya dijadikan sebagai situs pemujaan. Goa tersebut merupakan tempat pemujaan bagi kalangan penguasa atau raja yang telah mengundurkan diri dari aktivitas duniawi. Perkiraan bahwa goa tersebut bukan tempat hunian karena di dalamnya kurang cahaya, bahkan sirkulasi udaranya pun tidak terlalu menyegarkan. Lantai goa yang berbentuk tanah basah dan selalu dialiri air pun membuat lokasi itu tidak nyaman untuk dijadikan tempat tinggal.

Selain nilai sejarah, gua Seplawan juga menampilkan keindahan artistiknya. Ornamen-ornamen yang  indah dan mengagumkan seperti adanya stalaktit dan stalakmit dengan ukuran beraneka ragam. Ornamen lainnya pun tak kalah menariknya seperti Flow stone, helektit, soda straw, gowerdam dan lain-lain.

Goa Seplawan mempunyai panjang sekitar 700 Meter sedangkan cabang-cabang goa sekitar 150-300 meter. Jalur yang khusus untuk para pengunjung sudah ada penerangan lampu sedangkan untuk cabang-cabang goa tidak dipasang lampu karena kondisinya yang berlumpur. Sehingga ada yang memberi nama cabang goa itu dengan istilah "istana lumpur" karena saking banyaknya lumpur.
Hal yan menarik lainnya adalah apa yang terdapat pada goa tersebut yaitu sumber air yang menyegarkan yang Di atas telaganya terdapat tulisan kuno yang berbunyi Saplo wan yang memiliki arti saplu : suci . wan : manusia yang bisa di artikan Manusia suci atau tempat mensucikan manusia.

 Akses ke goa Seplawan sekarang mudah, untuk kendaraan roda empat bisa mencapai lokasi dengan mudah dan sudah dilengkapi dengan fasilitas sarana dan prasana seperti Tempat parkir kendaran, kamar mandi/WC, Mushola kecil yang sederhana, Gashebo, Gardu Pandang, Aula untuk Pementasan / Pertemuan dan juga ada taman-taman bunga yang indah.
Perpaduan antara keindahan dan kesejukan di area goa Seplawan sangatlah menyenangkan. Melalui gardu pandang pengunjung bisa melihat pantai selatan, kota Kulon Krogo, serta Waduk Sermo. Bahkan jika naik ke salah satu bukit di kawasan goa itu, pengunjung bisa melihat Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing dan Sindoro dan juga Gunung Slamet. Namun, gunung-gunung itu hanya bisa dilihat pada pagi hari. Maka, banyak para pengunjung yang camping di Seplawan sehingga pada pagi harinya bisa melihat keindahan alam dari kawasan Seplawan itu.
Pengembangan wisata harus senantiasa dilakukan baik dari pemerintah dan masyarakatnya, sehingga wisata ini bisa menjadi salah satu prioritas kunjungan ketika berada di Purworejo.

Jika berkenan datang ikuti route ini :
Dari Purworejo – ke arah Kec Kaligesing melalui Cangkrep – Brenggong – Plipir – Kaliharjo- Kaligono – Donorejo atau menggunakan Primkopol jalur 44 dari terminal Pasar Baledono Purworejo
Dari Jogja / Magelang / Godean / Wates : bisa melalui Kenteng Nanggulan arah Jonggrangan jatimulyo – Tlogoguwo – Donorejo.
Untuk panduan jikala anda melihat ada lima Tower Seluler yang berjajar di atas Gunungkelir berarti itu dekat dengan lokasi Goa Seplawan.


inspirasi:
http://www.purworejo.asia/2009/03/goa-splawan-pesaona-alam-yang.html
http://rubycahyadi.multiply.com/journal/item/3
http://www.gunungkelir.com/2010/05/goa-seplawan/